CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5, Hasrat-Bispak27 Ke-2  payudaraku jelas telah mulai kelihatan oleh Wawan serta Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya lagi turunkan handuk ini hingga ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terekspos dihadapan mereka.

Wawan dan Suwito terus melotot menyaksikani badanku, sampai mata mereka seperti keluar tempatnya. Saya lebih semangat memikat mereka, serta pada kondisi telanjang bundar semacam ini, perlahan-lahan saya memutar badanku, lalu saya ambil langkah menuju almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seorang style yang tengah berjalan pada atas catwalk.

Saya ambil bra serta celana dalamku dari almari bajuku, berencana kupilih bra yang mempunyai ukuran paling kecil antara seluruhnya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya mengambil langkah kesana dengan jenis seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya menyengaja berlambat pelan memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… marilah non… membuka dong…", saya dengar nada Wawan dan Suwito di luar yang meminta meminta dengan muka asusila mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka mohon untuk dibuka, bra yang telah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang benar saya mustahil pengen meluluskan permintaan mereka.

Dan dalam hati saya bersungut-sungut, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang gak begitu keras itu secara terang, tetapi barusan itu mereka bergaya gak mendengarku. Karena itu saya memilih untuk bikin mereka semakin haus serta lapar bakal badanku, toh saya aman aman saja dalam sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal ke mereka berdua. Saya lagi memakai celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat lamban menambah celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga kemudian celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya pengin perlihatkan badanku lebih terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya membawa ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seakan tengah menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam gordin jendela kamarku dan tutup sejumlah badanku dengan gordin itu, sembari mengerling nakal menjurus mereka bertiga.

"Telah, saya pengin tidur!", saya berucap dengan nada keras, lalu saya tutup gordin jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengayalkan entahlah sekesal apa Wawan serta Suwito waktu ini padaku. Kudengar dobrakan gebrakan kecil di jendela kamarku, tetapi saya tentu gak pengen menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak seringkali, ternyata mereka udah terbakar gairah dan memaksakan masuk ke sini buat mendapatku, memerkosaku dan melumat habis badanku.

Jantungku berdegap kuat, dan saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya bakal aman dalam kamarku, mereka gak akan berani lakukan perbuatan lebih jauh seperti menggedor pintu kamarku ini. Selesai rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut dan nyaman, saya menetapkan untuk lekas tidur siang.

Saya gak mau tidur kelamaan, jadi saya menyetel weker supaya berdering saat jam lima sore kelak. Lantas dengan cuma memakai bra serta celana dalam sebagai berikut, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha untuk selekasnya tertidur. Andy terus keluar di hadapanku tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi mau malam selekasnya datang dan mengandaikan begitu senangnya saya saat nanti Andy mengontakku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, serta tidak tahu berapakah lama lalu baru saya pada akhirnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore sewaktu saya udah terjaga dari tidur siangku. Tetapi rasa lelah serta pegal yang menganiaya badanku sepanjang tiga ini hari udah menyusut banyak. Dan saya udah tersenyum senyuman kembali lantaran bayang-bayang Andy telah kembali isi hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku risau.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, sekejap", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, serta udara dingin AC kamarku langsung menimpa badanku yang cuma berbalut bra dan celana dalam saja. Saya menggigil sebentar dan langsung lari ke dalam lemari bajuku, lalu saya lekas kenakan pakaian rumah ala-ala kandungannya.

"Aduh… urgent deh…", saya menyambat dengan khawatir.

Saya melihat dari balik gordin jendela kamarku, keliatannya Wawan serta Suwito sudah tak di muka jendela kamarku. Tidak tahu berada di mana mereka saat ini, tak boleh jangan mereka lagi nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karenanya dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuma dapat menyaksikan Sulikah yang tungguku.

"Mbak, harus saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan asa jawabnya tidak.

"Kata tukang suratnya sich harus non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya mau membebaskan tukang surat itu pergi, tetapi saya tidak ingin kedepannya saya jadi kian ribet bila rupanya yang bakal diungkapkan tukang surat itu suatu hal yang perlu. Mau tak mau saya tempuh efek ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan ingin harap kuatir saya melihat apa mereka ada pada sekitaran sini.

"Mbak, mereka ada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang memandang anak majikannya takut bakal dicabuli, bukan kasihan, justru senyuman senyuman semacam ini. Saya sedikit dongkol di Sulikah, tetapi saya tidak berucap apa apa serta lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku sewaktu saya telah ada di hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sekalian memberi suatu amplop padaku, yang rupanya didalamnya Disc. Card dari restaurant idola Jenny, berikut dengan suatu tandanya terima serta pulpen padaku.

"Oh ya, terima kasih pak", saya berujar suka serta menanda bereskan pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan ria.

Bermakna esok atau Senin saya dapat ekspos di Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Potongan harga Card ini. Serta saya akan membayari mereka berdua di situ untuk membikin mereka lebih kecewa padaku :p

Namun jantungku hampir stop waktu di garasi saya memandang Suwito langsung memburuku dengan cakepg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelak cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan kuatir, mengharap saya tetap masih masuk ke kamarku serta menggembok pintu.

"Tidak mesti lari non, sia-sia saja", sentil Suwito sembari ketawa, dan dia mulai menyebutrku, membuatku makin ketakutan serta saya lagi lari menjurus tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram saat tiba-tiba Wawan ada dari balik tangga, dan saya mengelit sebisaku di saat Wawan pun akan tangkapku.

Saya tidak dapat ke tangga, pun tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, namun perlahan-lahan mereka jadi membuatku terdesak di sofa area tamu. Saya jadi ngotot dan melompati meja di ruangan tamu ini, lalu saya dengan maksud larikan diri ke tempat keluarga.

Tetapi mereka lebih semakin cepat menghambatku, dan selalu menyekapku sampai saya kembali terdesak, terkepung di grandfather clock yang terpancang di area tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang tambah merapat dan siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah dan main main sama kami", Suwito menambah sembari tersenyum asusila.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

Jantungku berdetak kian cepat. Saya tahu saya tidak boleh hingga sampai ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang jelas kedepan bakal tambah lagi dengan pak Berbudiin, akan meniduriku hingga sampai mereka suka menyelesaikan sakit hati birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu inti area keluarga yang nampak disini.

Wawan dan Suwito langsung melihat ke pintu, tentu mereka terperanjat 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan kali ini langsung kugunakan untuk larikan diri ke arah area keluarga, serta saya bisa lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang selanjutnya langsung melafalkanrku.

"Tak boleh lari non!", dahsyat Wawan yang turut menyebutrku.

Saya mati matian lari selekas-lekasnya ketujuan tangga, dan Kedengarannya saya betul-betul bisa lebih cepat pada mereka. Saya lagi tuju ke kamarku, dan saya sukses menutup pintu kamarku cocok sebelumnya handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya akan lepas. Pastilah Wawan dan Suwito sedang usaha buka pintu kamarku. Namun saya  sadar kalaupun saya telah aman di kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terlepas dari 2 maniak itu. Bukan saya gak ingin layani mereka, saya cuman mau menaruh tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya usai telpon dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat karena baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku pula sedikit gak teratur dan badanku sedikit gemetaran, namun sekarang semuanya telah aman. Serta saya pikir jika merendam di air hangat barangkali dapat turunkan kegentinganku.

Karenanya saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra dan celana dalam dari almari bajuku, serta saya ambil langkah ke kamar mandiku. Gak lupa saya membawa juga handuk yang bergantung di muka wastafel, serta saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan di saat saya memandang pak Bijaksanain yang ada di kamar mandiku, entahlah sejak mulai kapan dia ada pada sini.

Lembar buat lembar kemeja yang kubawa berguguran ke lantai kamarku pada saat saya mundur mundur sembari menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijakin mulai dekatiku.

"Pak… gak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun kondisi ini sama, pak Berbudiin terus dekatiku.

Saya makin cemas, gak tahu mesti lari ke mana. Namun saya masih miliki asa. Asal saya dapat menipu pak Bijakin sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini dan mengamankan pintunya, barangkali saya bisa selamat, sedikitnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya sudah Eliza pengen sama pak Berbudiin saja, tetapi tidak boleh panggil lainnya ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja serta saat ini saya jadi merapat menuju pak Bijakin.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya menyudahi niatku waktu pak Bijakin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini jadi buka tirai kamarku yang benar ada di dekatnya.

Saya udah putus harapan, angan-anganku sirna benar-benar di saat saya lihat kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijaksanain, lantaran itu bermakna jalan masuk ke kamarku terbuka buat Wawan dan Suwito.

Saya mustahil punyai cukup waktu untuk larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijaksanain sudah pasti menangkapku.

"Saya sich suka senang saja non kalaupun dapat ngeseks sama non sendirian, sekedar saya gak sedap sama Wawan dan Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan lantaran mereka pula", kata pak Berbudiin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya benar-benar kecewa dengar ujaran pak Berbudiin, yang betul itu. Jika dahulu Wawan dan Suwito tidak mulai kekurang tuntunan mereka padaku, belum pasti pak Bijakin dapat turut nikmati badanku dengan mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

Lebih kembali, belum pasti saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri sejak mulai tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tidak ada waktu buatku untuk mengenang waktu saat kemarin.  Saya sadar kini pak Berbudiin udah dekat sekali, serta saya sempat mengelak ke belakang untuk mengelit di saat pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya nyata-nyata terasa akan disetubuhi.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek tidak, saiki kene lak ngaplo maneh? Namun saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan mengumpet nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijaksanain ke bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Bijaksanain selalu dekatiku.

Buat yang gak pahami omongan mereka yang gunakan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Bijakin berada di dalam kamarku, serta memerintah pak Bijakin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Berbudiin menyetujui jika dia ada pada dalam sini, sekalian menyenangkan diri sebab dia barusan tunggu di kamar mandiku. Bila tidak, waktu ini mereka nyata kembali tidak bekerja. Namun pak Berbudiin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, lantaran pak Bijaksanain khawatir saya bakal masuk dan sembunyi di kamar mandiku saat dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Disamping itu pak Berbudiin pun minta Suwito untuk menanti di muka pintu kamarku, hingga Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana pun, lantaran semua jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Nyata-nyata edan, pak Bijaksanain hingga sampai udah membuat trick sebagai berikut buat tangkapku, dan benar-benar mereka sukses membuatku terkepung di kamarku sendiri. Tidak tahu bagaimana dia dapat pikirkan ini, yang pasti kini saya sudah tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal tunggu waktu sebelumnya badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit waktu ke-2  tanganku telah ketangkap pak Bijakin yang tiba-tiba mencekalku, serta saya benar-benar tidak sempat menghindari lantaran semangatku udah sirna.

Saya mulai coba meronta, tetapi seluruhnya buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, orang gadis yang imut kalaupun ketimbang dengan pak Bijaksanain yang punyai tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengamankannya. Korden itu pula ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang dilihat benar-benar puas dengan kesuksesan trik pak Bijakin.

Lalu Wawan melangkah menuju pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, serta dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama-sama tos dengan bergairah, membuatku bertambah lemas memandang ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Mulai
Lengkaplah ke-3  pejantan yang akan selekasnya melumat badanku buat melepaskan marah mereka padaku. Entahlah mereka dapat menghajarku kayak apa, saya gak berani memikirkan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta pada saat Wawan serta Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Walau sebetulnya mereka berulangkali nikmati badanku, tetap sekarang ini saya takut seram memandang tatapan mereka yang seperti ingin menelanku bundar bulat.

Saya selalu coba melepas ke-2  tanganku dari cengkraman tangan pak Berbudiin.

"Jangan… tak boleh sekarang… esok saja… tak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas udah melumat bibirku.

Pada saat saya mengesah rintih hingga selanjutnya megap megap sebab kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku udah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART5

Saya tidak menyaksikan siapakah yang mengerjakannya, tetapi dengan pak Bijakin yang mencengkam ke-2  tanganku serta Suwito yang terus memagut bibirku, saya tahu aktornya nyata Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, serta seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, dan di saat pak Bijakin membebaskan cekamannya di tangan kananku, saya telah sangat rusuh buat gunakan tangan kananku tidak tahu buat memajukan Suwito yang repot melumat bibirku, atau Wawan yang tetap memagut bibir vaginaku. Apalagi tenaga pada tangan kananku ini rasanya musnah entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta dan merengek-rengek di saat Suwito membebaskan pagutannya pada bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tidak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Berbudiin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal memakai bra yang punya warna putih ini, dan saya tahu selekasnya pembantaian pada diriku bakal lekas diawali.

Pak Berbudiin serta Suwito yang berdiri di sisi kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama