CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2, Hasrat-Bispak27 Kami balik arah, dan mereka berdua temaniku kembali pada kelas. Serta ke-2  doiku ini gak jenuh jenuhnya menarik dan mengejekku terkait Andy. Saya kembali lagi gak dapat membalasnya, cuman tersenyum malu dan pasrah terima seluruhnya. Saya cuman dapat mengharap kami selekasnya hingga sampai ke kelasku. Tetapi waktu kami hingga di muka pintu kelas, tiba-tiba saya berasa pengin buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya ingin ke toilet, kelak jika ditanyakann pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan pada Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… sekejap saja kok", kataku sekalian ketawa geli.

"Ya sudah dech, tak boleh lambat-laun ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama sama lambaikan tangan dengan Sherly, setelah itu masuk ke kelas.

Sherly sendiri selalu menggamit tanganku. Sebetulnya saya sedikit risi digandeng oleh Sherly dengan mesra seperti berikut, namun saya menurut saja sekalian mengharap dalam hati mudah-mudahan tidak ada yang berprasangka buruk lihat kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Selanjutnya kami hingga sampai di muka pintu kelasnya Sherly, dan saya menanti Sherly melepas gandengan di tanganku.

"Telah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sembari tersenyum di Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Gak perlu dech, saya kan hanya sekejap", jawabku dengan berbisik juga, serta kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, sampai kelak ya Eliza", kata Sherly dengan jenis sedih, namun dia mengangkat tangannya.

"Iya, sampai kelak", saya menjawab sembari angkat tanganku pula, lalu saya selekasnya ketujuan toilet.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

Di saat saya dapat masuk, saya berpapasan dengan Vera yang baru keluar toilet. Kami sempat sama-sama sapa, serta diam diam saya terasa bertanya-tanya, kenapa barusan Vera tersenyum aneh begitu sewaktu dia melihatku.

Entahlah, lalu saya selalu masuk ke toilet wanita ini, dan dengan asal-asalan saya pilih satu diantaranya dari 6 kamar kecil yang berada pada dalam sini. Selesai saya usai buang air kecil dan beres-beres pakaian dan rok seragamku, saya lekas keluar untuk balik ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terbendung saat tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan mulutku.

Belum saya bereaksi, sebuah tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku serta menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati seram, tetapi pelukan ini terlampau kuat, sampai tanpa ada perlawanan yang bermakna, saya udah terbawa masuk ke gudang yang berada di sisi toilet, tempat di mana Vera tidak tahu digagahi atau tengan layani Dedi dan Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menggeretku ke ujung area ini, sampai kami berada di balik timbunan meja serta bangku tua. Tanpa lepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia menghimpit bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak berapa lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu gak boleh ribut! Sesaat lagi ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini pada telinga kiriku.

Nada ini membuatku takut sebab saya tahu ini nada Dedi. Saya tercenung sejenak, lalu saya mengacaukank lambat. Lebih bagus saya menurutinya, karena jika saya mengundang kekacauan, lalu banyak yang ketahui saya di gudang ini sedang berduaan dengan Dedi, apa saja pertimbangannya namaku akan remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan pada mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tanpa usaha memandang menjurus Dedi. Di gudang ini entahlah bakal ada tontonan apa, namun selesai tontonan itu selesai, saya cemas Dedi tidak bakal membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani hasrat birahinya di gudang ini.

Saya tengah tidak suasana hati untuk ngeseks saat ini. Diam diam saya pikir bagaimana biar ini hari saya tak harus mengikhlaskan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki biadab ini. Kemungkinan saya dapat coba tawarkan service oral dengan argumen saya gak ingin tepergok pihak lain sebab saya mengesah, atau saya takut ditanya guru di kelasku sebab saya kelamaan ada pada toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku serta tidak memaksakanku buat ngeseks dengannya. Saat saya pikirkan adakah argumen yang lebih baik, tiba-tiba kurasakan Dedi merengkuh lenganku, dan saya arahkan penglihatan mataku mengarah yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya tercenung lihat masuknya seseorang cebol langsung kukenali sebagai pelayan satu diantara stan di kantin sekolah. Saya tidak tahu nama sang cebol ini, tetapi saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja ialah Cie Fifi, seseorang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya sekitaran 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini senang memandang tajam menjurus Jenny, Sherly, saya, dan siswi lain yang lagi makan di kantin. Entahlah apa yang dikehendaki Dedi dengan membawaku ke gudang ini pada saat ia paham sang cebol ini dapat masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan sesenang hati di bangku yang berada pada tengah tempat ini. Saya gak pahami apa yang lagi dilaksanakan, apa menanti satu orang, atau dia memiliki rencana suatu hal lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tiba-tiba pintu gudang ini terbuka kembali, dan saya termangu menyaksikan kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut muka kecewa. Namun anehnya Cie Fifi jadi mendekati sang cebol yang tersenyum senyuman memuakkan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam tidak menjawab.

Tidak berapa lama kemudian sang cebol berdiri, serta selanjutnya jantungku berdebar-debar kuat lihat sebuah panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelisip masuk ke rok Cie Fifi yang cuma diam saja. Kepala sang cebol yang saat ini ada pada dalam rok Cie Fifi, benar di muka pangkal paha Cie Fifi membikin sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sembari pejamkan mata serta menggigit bibirnya sendiri.

Saya lagi mencermati sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti yaitu kepala sang cebol itu bergerak gerak, membikin nafsuku perlahan-lahan bangun, dan saya harus usaha atur napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut serta turut gigit bibir?", tiba-tiba kudengar bisikan Dedi.

Mukaku berasa panas, saya anyar sadar kalaupun nyatanya saya pula menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan kecewa. Tetapi sudah pasti saya tidak dapat lakukan perbuatan sejumlah macam dibanding nasibku justru jadi kian jelek. Saya gak tahu apa yang bisa berlangsung padaku kalaupun saya membuat kekacauan yang menjadikan sang cebol ini tahu saya berada pada sini.

Dedi cuman tersenyum senyuman, sama memuakkannya dengan senyum sang cebol barusan. Dan saya gak dapat banyak berbuat sewaktu Dedi yang memangku badanku ini merengkuhku dari belakang dan memulai menarikku.

Dengan ke-2  tangannya yang mengelilingi badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadang-kadang halus, kadang-kadang kasar, yang benar tingkah Dedi ini membuatku resah serta jantungku berdetak kian kuat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

Saya tidak berani menangkal karena saya takut tepisanku kemungkinan mengundang nada yang kemungkinan kedengar oleh sang cebol itu atau Cie Fifi. Saya cuman dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang semakin lebih besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, dan saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk melepaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Tetapi tangan Dedi sangat kuat untukku untuk kusingkirkan demikian saja. Saya menggelinjang kurang kuat, fokusku untuk memandang fragmen erotis di hadapanku ini mulai bubar sebab saya sendiri mulai terangsang karena tingkah Dedi yang selalu meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, tetapi kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat serta selalu meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar dapat peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya lihat mengarah Cie Fifi. Nyatanya dia tengah pejamkan mata serta mendesah tidak karuan sembari memegang sembulan di sisi depan rok yang dikenainya, yang tentu yakni kepala sang cebol.

Walau jantungku berdetak cepat menyaksikan itu seluruhnya, merasa sakit pada ke-2  payudaraku membuatku kembali menggeliang, dan saya coba menghindari payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Tetapi dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi terus menempel kuat serta selalu memberinya remasan di ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai kacau balau serta napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan namun tentu, saya mulai teraniaya karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Selanjutnya saya memutuskan stop menggerakkan badanku, namun saya coba menggenggam dan menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot mainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku gak bakal ada berarti buat Dedi, tetapi saya tidak pengin berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju di fragmen erotis di depanku. Tidak tahu semenjak kapan, saya menyaksikan satu helai celana dalam yang terkapar di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu pastinya celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Dan Cie Fifi yang saat ini sedikit membungkuk, mendesah serta mengesah dengan muka seperti meredam sakit pada saat sang cebol repot di rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, mengandaikan di rok Cie Fifi itu tidak ada lembar celana dalam yang buat perlindungan vagina Cie Fifi. Dan sekarang sang cebol itu tidak tahu sedang menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyeruput dan memagut bibir vagina Cie Fifi, atau tengah memikat dan mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau mungkin dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini lebih jadi siap.  Saya sangat terangsang, tidak tahu sebab remasan nakal yang telah dilakukan Dedi pada ke-2  payudaraku, atau sebab pikiranku yang melayang-layang mengandaikan apa yang berlangsung di rok Cie Fifi itu.

Dan badanku menggigil di saat saya hampir tidak dapat membatasi diriku buat mengerang lantaran Dedi mencium tengkuk leherku, serta kondisi jadi bertambah sukar untukku di saat saya merasai jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awal mula Deritaku

"Saya pun anyar ketahui kira-kira dua minggu sebelumnya, bila bu Fifi itu bisa pula difungsikan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Mau rasanya saya menampar Dedi lantaran ucapannya yang benar-benar kurang ajar itu. Namun saya gak berani melakukan, selain saya takut kehadiranku di sini tertangkap oleh Cie Fifi dan terlebih sang cebol, saya gak ingin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi serta membikin nasibku lebih jelek.

Karena itu saya cuma dapat memandang Dedi dengan kecewa, namun bibirku malahan dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku dan membatasi rintihanku. Saya cuma dapat pasrah biarkan Dedi melumat bibirku hingga ia bahagia.

Tetapi waktu napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, dan saya cepat usaha atur napasku sepelan kemungkinan biar dengusan napasku ini gak hingga sampai kedengar Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

"Nungging di sono, Fifi", tiba-tiba kudengar suara sang cebol, yang tanpa malu memerintah Cie Fifi secara langsung mengatakan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali perhatikan mereka. Telunjuk sang cebol bergerak ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia tunggu Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari telah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 menyentak di sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1 kali kembali. Telah cepat nungging", sang cebol menyepakati.

Biarpun raut paras Cie Fifi nampak geram, Cie Fifi ikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menyanggakan ke-2  tangannya di lantai. Lantas Cie Fifi merendahkan badannya dan menggantungkan kepalanya pada ke-2  tangannya yang saat ini terlipat tetapi tetap menyangga di lantai.

Tanpa ada bercakap apa manalagi, sang cebol melepaskan celana panjang serta celana dalamnya yang rada kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang telah menungging itu serta menyibak rok Cie Fifi ke atas. Tiada perlawanan sekalipun dari Cie Fifi waktu celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol udah siap-siap untuk nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri berada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya rada direntangkan sedikit, serta sesaat kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol sudah memulai bergerak mundur-maju dibarengi desahan dan rintihan Cie Fifi. Entahlah sejak mulai kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, tetapi apabila sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya tidak terheran memandang sikap sang cebol yang berani serta sekehendak hati seperti barusan.

Saya tidak mengira Cie Fifi yang tiap hari tampak demikian ramah dan enerjik, rupanya merendam persoalan yang tidak berbeda jauh denganku. Saya terasa sedih pada Cie Fifi biarpun dari perbincangan mereka barusan, kemungkinan Cie Fifi tinggal 1x kembali mengikhlaskan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Akan tetapi sebuah remasan kurang ajar pada ke-2  payudaraku ini menyadarkanku kalaupun saat ini nasibku tidak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pun pengin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, dan dia selalu meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya menggeliang kesakitan. Dan kata-kata Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi bakal memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terpikir teror Dedi pada tempat tambal ban itu, dan hal demikian membuatku risau lantaran tidak lama lagi saya bakal mendapatkan problem jika Dedi ketahui saya memanfaatkan celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terpikir mengenai sejumlah argumen yang kupikirkan barusan. Sekarang tinggal bagaimana triknya saya meminta agar Dedi pengen dengar alasanku dan tak memaksakanku untuk ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mengerang sampai saya kembali memerhatikan Cie Fifi.

Rupanya sang cebol lagi semangat memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi tergoyang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Tetapi saya kembali menggeliang kesakitan di saat Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan geram di Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sekalian meremas bongkahan payudaraku 1x kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi kecewa, dan dia cuman tersenyum senyuman, kayaknya dia puas sesudah bikin ke-2  payudaraku ini mainannya semenjak barusan.

Suara rintihan Cie Fifi ditambahkan dengusan sang cebol, membikin keadaan di gudang ini jadi sedikit ribut, jadi saya memikir ini saat yang benar untuk mengemukakan tujuan dan alasanku di Dedi tanpa ada takut kedengar oleh Cie Fifi maupun sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MANIS PART2

"Ded, saya barusan itu hanya pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, seramnya kelak saya dicerca sama guru bila saya kelamaan di sini.", saya berbisik lambat sembari memandang Dedi dan menanggalkan celana panjangnya sesuai kebutuhan.

Dedi diam, kelihatannya dia lagi memikir.

"Ya telah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, dan saya lekas turunkan celana dalam Dedi untuk cari penisnya. Saya terheran sebentar menyaksikan penis itu telah ereksi, dan saat saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Telah berdiri Cantik… lantaran kamu", bisik Dedi dengan berlagak mesra.

Saya sedikit risi pula dengar rayuan asusila Dedi. Namun saya gak pengin buang waktu, saya lekas mulai menarik penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara halus.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol mengeluh, serta di saat saya melirik ke mereka, saya lihat sang cebol sedang menarik penisnya.

Nyatanya sang cebol cepat sudah keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari biasanya punya banyak pejantan yang sempat mencabuliku?

Sekarang Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, semenjak barusan Cie Fifi cuma mendesah atau mengesah saja, namun gak hingga melenguh layaknya seperti wanita yang dirundung orgasme. Apa lantaran penis sang cebol itu begitu pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu  seperti penis punya wali kelasku, yang benyek serta cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama